Dimulai dari Membaca; Mengenal Buku (bagian kedua)
Malam ini (kamis 26/05/11) kami melanjutkan kegiatan minggu lalu, membaca. Sebagaimana minggu yang lalu, malam ini saya juga meminta mereka menghamparkan buku-buku dilantai setelah itu mereka memilih salah satu buku untuk mereka baca. Alhamdulillah, nampaknya mereka cukup antusias untuk membaca, tetapi jika melihat survey kecil-kecilan diantara empat belas orang yang menyempatkan membaca dalam sehari hanya dua orang, dua belas orang lainnya tidak. Dan buku-buku yang sering mereka baca adalah buku-buku pelajaran sekolah. Saya mencoba menganalisa, secara umum mereka memang tidak terbiasa apalagi menyempatkan diri untuk membaca. Hal ini mungkin berkait erat dengan kondisi lingkungan, bahkan juga sekolah yang kurang memotivasi mereka untuk membaca, selain buku pelajaran, plus factor kondisi ekonomi karena mereka datang dari golongan ekonomi kelas bawah.
Setelah mereka membaca mereka diinstruksikan menulis tentang fisik sebuah buku seperti covernya, judul bukunya, siapa pengarangnya, penerbitnya, ada apa saja di dalamnya seperti pengantar penerbit, daftar isi jumlah halaman. Setelah membaca aku meminta mereka menuliskan tokoh-tokoh yang ada dalam buku jika itu jenis bukunya cerpen atau novel, dan yang terakhir mereka diminta menceritakan kembali apa yang mereka telah baca, ini bertujuan mengikat apa yang telah mereka baca tujuannya agar mereka mau dan berani berbicara/berpendapat.
Membimbing mereka bukan perkara mudah, apalagi jika melihat kondisi yang ada, tapi jika diperhatikan secara jujur, sebenarnya mereka punya semangat untuk membaca, inilah yang menjadi point penting, setelah melihat situasi yang ada lalu saya berfikir, bagaimana cara menumbuhkan kegemaran dan kebiasaan membaca? Dari sini yang harus membuat strategi, strategy pertama saya berbicara keuntungan, ya apa “keuntungan” besar yang akan mereka dapatkan jika rajin membaca? Jadi ketika mereka tahu untuk apa membaca. Motivasi pertama.
Selain membaca mereka harus mau menulis dan menceritakan kembali, inilah yang saya sampaikan pada minggu lalu pada status FB saya ““Membaca secara verbal adalah mengucapkan kata-kata, tetapi jika hanya mengucapkan kata tanpa mengikatnya menjadi percuma. Agar tidak percuma ikatlah dia dengan pemahaman, akan lebih bermakna lagi jika kita mengikatnya dengan perbuatan, sebab, itu akan menjadi pengalaman dan pengalaman merupakan guru terbaik kehidupan.” (gun). membaca saja tidak cukup harus diikat dengan pemahaman dalam bentuk menceritakan atau menulis cerita singkatnya/summary dari buku itu. langkah-langkah inilah yang akan dilanjutkan pada episode-episode berikutnya, motivasi ke dua.
Mungkin ada yang bertanya, apakah saya sedang mengarahkan mereka menjadi penulis? Bisa ya, bisa juga tidak. Mereka punya potensi dan kecenderungan berdasarkan minat, kebutuhan dan keahlian, karena mereka adalah pribadi yang berbeda. Kalau mereka bisa menulis, minimal mereka bisa merecord pengalaman-pengalaman mereka.
Langkah/strategynya yang ketiga agar mereka terbiasa menulis adalah menganjurkan mereka mempunyai buku catatan harian/diary, mereka diminta untuk mencatat berbagai pengalaman suka, senang, sedih, gembira, apa yang dilihat jika menarik dan lain-lain. Karena mencatat pengalaman hidup adalah bagian dari membaca, membaca tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Semoga usaha ini kelak akan membuahkan hasil, kita tunggu, untuk Indonesia lebih baik. Amin.